Pelantikan dan sumpah bagi 50 dokter baru UII periode 20 kali ini menjadi sangat istimewa. Pasalnya, di ijazah yang mereka terima selain tertulis akreditasi A Program Studi (Prodi), juga tertulis akreditasi A institusi yang diperoleh belum lama ini.
“Hanya ada empat Prodi pendidikan dokter di perguruan tinggi swasta yang terakreditasi A, dan hanya di ijazah saudara yang tertulis akreditasi A Prodi maupun institusi. Saudara menjadi yang pertama di UII“ ujar Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec pada pelantikan dan sumpah dokter UII, Selasa (26/3) di kampus terpadu.
Prof. Edy menyampaikan capaian itu merupakan sebagian dari begitu banyak rahmat yang diberikan Allah kepada UII di usianya yang menginjak 70 tahun. Dalam konteks Indonesia dan asia tenggara, menurutnya UII cukup terhormat. Penilaian baik dari berbagai kalangan itu juga tidak lepas dari kinerja para alumni. “Kinerja alumni menjadi salah satu penilaian, maka dari itu dokter UII yang baru saja disumpah harus berjuang membawa membawa nama baik UII” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah DIY, dr. Wigati Damiyati, Sp.Rad mengatakan, sumpah yang baru saja diucapkan mengandung tanggung jawab dokter untuk menentukan apa yang harus dilakukan untuk kebaikan pasien. Dokter menurutnya harus menemukan apa yang pasien inginkan.
dr. Wigati melanjutkan suatu saat akan muncul situasi otonomi di mana keingingan pasien tidak sesuai dengan harapan yang dokter lakukan meskipun demi kebaikan pasien. Dalam menghadapi hal ini dokter harus bertindak professional dengan melibatkan pasien dalam menentukan berbagai keputusan menyangkut kesejahteraan pasien.
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan akses layanan kesehatan bagi pasien sebetulnya tidak akan signifikan jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan DIY, Drs. Elfi Efendi, M.Si, Apt menyatakan pelayanan kesehatan dari pemerintah sangat dipengaruhi oleh mutu tenaga kerja dan pemberi layanan kesehatan. “Untuk itu pemerintah memprogramkan penyelenggaraan internship untuk meningkatkan profesionalisme dokter baru dan mematangkan mutu profesi dokter” ujarnya.
Di DIY sendiri menurutnya keberhasilan pembangunan kesehatan belum menggembirakan. Jumlah penduduk yang terus bertambah dan tidak dibarengi peningkatan infrastruktur mendekatkan masyarakat pada ancaman seperti gangguan pencemaran lingkungan, kecelakaan dan pengangguran. Belum lagi ancaman penyakit menular yang belum tuntas, ditambah penyalahgunaan narkoba sebagai pintu masuk virus HIV.
Drs. Elfi menambahkan, proiritas pembangungan kesehatan pada 2010-2014 adalah peningkatan akses dan layanan ksehatan. Proiritas itu dapat dicapai melalui program kesehatan masyarakat, Keluarga berencana, sarana kesehatan, obat, dan asusransi ksehatan nasional. “Tahun 2014 nanti adalah tahun implementasi sistem jaminan sosial nasional sekaligus merupakan tahun politik. Untuk itu dibutuhkan kesepahaman langkah sikap pelaku pembanguan kesehatan” ujarnya.