Wednesday, January 6

Lepra, Kusta, Leprosy, Hansen’s Disease

A. DEFINISI
Wolff et al. (2005) mendefinisikan lepra sebagai penyakit granulomatosa kronik disebabkan oleh Mycobacterium leprae, terutama didapat pada anak-anak/dewasa muda. Daerah utama yang terinfeksi adalah kulit, saraf perifer, saluran pernafasan atas, mata, dan testis.

Wolff et al. (2008) mendefinisikan lepra atau leprosy atau Hansen’s Disease sebagai penyakit infeksi kronik yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae, terutama menyerang kulit dan saraf perifer. Penyakit ini merupakan salah satu aspek penting dalam dunia klinis dimana lepra berhubungan dengan masalah kesehatan dan ekonomi jutaan orang di seluruh dunia, dan menyebar hebat di negara berkembang. Walaupun lepra dapat disembuhkan, kira-kira 1/3 pasien akan mengalami kelemahan neurologis yang bersifat permanen. Lepra penting untuk praktisi medis karena infeksi lepra memberikan bermacam-macam host-response, tergantung tingkat imunologi sang penderita.

Lewis (2008), leprosy atau Hansen's disease (HD), merupakan penyakit kronis yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosis. Leprosy penyakit granulomatous dari saraf perifer dan mukosa saluran pernafasan atas, lesi kulit adalah tanda eksternal utama. Apabila tidak diobati, lepra dapat berkembang progressif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota badan dan mata.

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut Wolff et al. (2008), lepra merupakan penyakit utama di negara berkembang. Prevalensi lepra telah turun drastis dibandingkan 2 dekade terakhir karena meningkatnya kepatuhan pasien dalam menjalani terapi, terapi yang sekarang ini diyakini dapat menyembuhkan lepra. Sebagian besar berpendapat lepra ditularkan lewat transmisi orang ke orang, tapi adanya penyakit mirip lepra pada hewan armadillo (Louisiana), menunjukkan bahwa perlu dipertimbangkan kemungkinan penularan dari hewan ke manusia. Walaupun rute infeksi belum diketahui, diperkirakaan infeksi biasanya timbul via respirasi/droplet/inhalasi. Secara kongenital juga ada, tapi sangat jarang.

Lewis (2008) menambahkan jika seseorang terkena tipe parah dan tidak diobati, lepra dapat menyebabkan gejala klinis signifikan dan menyebabkan kecacatan. Sejak tahun 1943, ketika sulfon diperkenalkan sebagai pengobatan yang efektif yang pertama untuk lepra, pengobatan antibiotik telah secara dramatis meningkatkan hasil memuaskan bagi kelangsungan hidup pasien. Diagnosis dini dan pengobatan antimikroba efektif dapat menekan dan bahkan menyembuhkan penyakit. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit lepra terutama menyerang anak-anak atau dewasa muda dan menimbulkan manifestasi beberapa tahun kemudian.


Menurut Kerdel dan Jimenez-Acosta (2003), M. leprae memiliki masa inkubasi 3-5 tahun. Wolff et al. (2005) mengemukakan bahwa pria memiliki faktor resiko lebih besar menderita lepra daripada wanita, yaitu sekitar 2:1. Lewis (2008) mengemukakan lepra distribusinya usia bimodal, dengan puncak pada usia 10-14 tahun dan 35-44 tahun. Penyakit ini jarang terjadi pada bayi. Anak-anak tampaknya paling rentan terhadap penyakit dan cenderung memiliki bentuk tuberculoid.

Wolff et al. (2005) juga menemukan ternyata juga ada hubungan “keterkebalikan” antara warna kulit dan keparahan penyakit, sebagai contoh penduduk kulit hitam, misalnya penduduk Africa, yang beresiko lebih tinggi terkena, lebih sering didapatkan lepra tipe ringan. Dari studi demografi, didapatkan fakta terjadi 600.000 kasus baru setiap tahunnya, dan 1,5 sampai 8 juta jumlah kasus di seluruh dunia. Lebih dari 80% kasus muncul di India, China, Myanmar, Indonesia, Brazil, dan Nigeria. Di Amerika Serikat, 4.000 kasus dan 100 sampai 200 kasus baru tiap tahunnya. Dikaitkan dengan kemiskinan, lingkungan pedesaan/pedalaman, penyakit HIV. Faktor predisposisi kejadian lepra antara lain tinggal di daerah endemic, mempunyai hubungan darah dengan penderita lepra, kemiskinan (berkaitan dengan malnutrisi), dan kontak dengan Armadillo yang terinfeksi



Menurut Lewis (2008) lepra terjadi pada semua kelompok ras. Orang Afrika kulit hitam memiliki insiden tinggi dari bentuk tuberculoid lepra. Orang dengan kulit terang dan Cina individu cenderung terkena lepra tipe lepromatosa. Lepra ini endemik di Asia, Afrika, Pasifik, dan Amerika Latin (termasuk Chile). Ini lebih merupakan penyakit pedesaan daripada penyakit perkotaan.

Menurut Kerdel dan Jimenez-Acosta (2003), dari 5 varian dari lepra, sekitar 60% kasus tipe tuberkuloid ditemukan di India dan Afrika. Sementara di Meksiko, 90% merupakan kasus tipe lepromatous. Ditemukan lebih sering di daerah tropis, dan merupakan prevalensi di daerah beriklim panas dan lembab.

- Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., et all. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine (7th ed). New York: McGraw-Hill
- Wolff, K., Johnson, R.A., Suurmond, Dick., 2005. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology(5th ed). New York: McGraw-Hill
- Kerdel, F.A., Jimenez-Acosta, F., 2003. Dermatology Just the Facts. New York: McGraw-Hill Companies
- Lewis, F.S., 2008. Leprosy. www.emedicine.com