Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter
vertabralis dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis
mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina. HNP adalah suatu
penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga
annulus, salah satu bagian posterior atau lateral.
Etiologi
1.Trauma,
hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2.Spinal stenosis.
3.Ketidakstabilan
vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4.Pembentukan
osteophyte.
5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan
nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi
dari nucleus hingga annulus.
Patofisiologi
Daerah lumbal
adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus
berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor
dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi
nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih
mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis). Sebagian
besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. Arah
herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada
daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan
degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil. Adanya
trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis
akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nucleus pulposus (HNP). Nukleus
yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus
tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
Diagnosis
---- Diagnosis ditegakkan berdasarkan
amanesis, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan
penunjang. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berulang kali,
timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi
terjadinya herniasi.
---- Diagnosa
pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin.
Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan
konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, tes nya tidak dibutuhkan lagi.
Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi yang
akurat yang akurat.
Anamnesis
Dalam
anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga
ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri
radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.
bila mengenai konus atau kauda ekuina akan timbul gangguan miksi, defekasi,
atau fungsi seksual.
Faktor Resiko yang perlu ditanyakan, antara lain:
- Tidak dapat diubah
Umur, jenis kelamin, riwayat cedera punggung, atau HNP
sebelumnya.
- Dapat diubah
- Pekerjaan dan aktifitas
- Olahraga tidak teratur
- Merokok
- Berat badan berlebih
- Batuk lama berulang
Pemeriksaan Klinik Umum
Inspeksi dapat di mulai saat
penderita jalan masuk ke ruang pemeriksaan. Cara berjalan (tungkai sedikit di
fleksikan dan kaki pada sisi sakit di jinjit), duduk (pada sisi yang sehat).
Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis, gibus dan
deformitas yang lain.
Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan
sensorik
b. Pemeriksaan
motorik: dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasiotot
c. Pemeriksaan
tendon
d. Pemeriksaan
untuk LBP
i. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque,
tes kontra laseque, tes bragard, tes sicard)
ii. Tes untuk menaikkan tekanan intra tekal (tes
Nafzigger, tes Valsava, tes Lehrmitte)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
neurofisiologi. Terdiri dari:
1. Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana
yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap
kompresi
2. Somato
Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk
menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
3. Pemeriksaan
Radiologi
· Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus
intervetebralis sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit
· Kaudografi,
mielografi, CT Mielo dan MRI
Untuk membuktikan HNP dan menetukan lokasinya. MRI
merupakan standar baku emas untuk HNP
· Diskogarfi
Penerapan
terapi pada pasien HNP dapat berupa konservatif: istirahat mutlak di tempat
tidur, terapi farmakologis, fisioterapi, latihan, traksi, dan korset pinggang.
Terapi operatif dilakukan jika ditemukan indikasi, antara lain, terdapat
sindrom kauda equine, mengalami defisit neurologis progresif, mengalami defisit
neurologis yang nyata, dan rasa sakit yang menetap dan semakin parah empat
sampai enam minggu setelah terapi konservatif. Jenis pembedahan yang bisa
dilakukan pada pasien HNP adalah Laminotomi (pemotongan sebagian lamina di atas
atau di bawah saraf yang tertekan), Laminektomi (pemotongan sebagian besar lamina
atau vertebra), dan Disektomi (pemotongan sebagian atau keseluruhan diskus
intervertebralis). Sementara, ada juga yang disebut Minimally Invasive
Operation. Dengan cara ini, insisi yang diperlukan tidak lebar, dimungkinkannya
visualisasi lokasi patologi melalui mikroskop atau endoskop, trauma pembedahan
yang dialami pasien
jauh lebih sedikit, dan pasien dapat pulih lebih cepat.
Penatalaksanaan
1.Terapi
Konservatif:
a.Tidur selama
2 – 4 hari diatas kasur yang keras
b.Terapi
farmakologi
- analgesik
(paracetamol, aspirin, tramadol) dan NSAID (ibuprofen, Na diclofenak)
- muscle relaxan (sering dikombinasikan dengan NSAID):
tinazidin, esperidone, carisoprodol
- opioid
-
kortikosteroid oral : untuk hnp dan untuk mengurangi inflamasi
-
kortikosteroid oral : untuk hnp kronik, amitriptilin, CP2
- suntikan
picu : anestesi lokal dan kortikosteroid di jaringan otot sekitar tulang
belakang
c. Terapi
fisik
- traksi
pelvis
- USW(ultra sound wave) diatermi, kompresi panas/dingin:
untuk mengurangi keluhan nyeri dengan cara mengurangi peradangan dan spasme
otot.
- TENS(Transkutaneus Electrical Nerve Stimulation):
memberikan rangsangan listrik terus menerus
- korset lumbal: tidak bermanfaat untuk hnp akut, tapi
bermanfaat untuk mencegah LBP dan mengurangi nyeri pada LBP kronik
- latihan dan modifikasi gaya hidup: mengurangi berat
badan dan latihan jasmani(jalan, naik sepeda, berenang)
2. Terapi
Pembedahan
Indikasi terapi bedah:
- setelah
dirawat 4 minggu secara konservatif, nyeri menetap atau progresif bertambah
- ada gangguan
miksi, defekasi, atau seksual (sindroma conus-cauda)
- defisit
neurologis memburuk
- paresis otot
tungkai bawah
- kompresi
radiks
Daftar
Pustaka
- Mardjono, M., Sidharta P., 1988. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta. Dian Rakyat
- Purwanto T.E. Hernia Nukleus Pulposus. Dalam: Nyeri
Punggung Bawah. Edisi II. Kelompok Study Nyeri; Perdossi, Jakarta; 2003: 133-48
- Foster M.R. Herniated Nucleus Pulposus. Available at
http://www.emedicine.com/htm. March 16 2005
- Chen A.L. Herniated Nucleus Pulposus (slipped disk).
Available at http://www.healthline.com/network/htm .April 28 2004
- Schwart S.I. Herniated Lumbar Disc. In : Principles of
Surgery. 5th Edition. New York, Mc Graw Hill Company; 1989 : 1860-80
- Listiono L.D. Hernia Nukleus Pulposus. Dalam Ilmu Bedah
Saraf. Edisi Ketiga. Jakarta, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama; 1998 : 347-55
- Adam Medical Illustration. Available at
http://www.googles_images.com/htm. April 28 2004
- Regan JJ. General Diac Degeneration. Available at
http://www.spinesource.com/image/antomy. April 28 2004
- Humphreys S.C. Clinical Evaluation and Treatment Option
For Herniated Lumbar Disc. Available at http://www.American_FamilyPhysi